A L U M N I S A F

MEDIA KOMUNIKASI PARA ALUMNI
TK - SD - SMP - SMA SALMAN AL FARISI
GURU - SISWA - KARYAWAN - ORANG TUA

Jumat, 21 September 2007

alumni gurunya




NO COMMENT

alumni nich...

awinta SMP angk.1 Fuad fajri sd angk.

yara putra iki SMP ke-7

Selasa, 18 September 2007

EMBUN TAUSHIYAH

Kematian -
'Setiap yang bernyawa pasti mengalami kematian', mungkin kalimat ini sering kita dengar, setiap saat dan setiap waktu, namun sedikit sekali yang mau memahami ini. Manusia sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi hanyalah diberikan waktu sebentar, entah sebulan, setahun, tapi kita tidak pernah tahu sampai berapa tahun kita di jatah oleh Sang Pencipta untuk merasakan kenikmatan hidup didunia. Kita tidak pernah tahu kapan kita meninggal, karena apa kita akan meninggal, dengan siapa kita akan meninggal, kesemuanya itu hanyalah Allah yang telah mengetahui.

Sayang ya,… sampai saat ini masih ada aja orang yang enggak mau tahu kondisi ini, sayangnya lagi orang itu muslim yang secara umumnya tahu bahwa setiap saat kematian selalu datang. Coba kita lihat sahabat kita disamping, didepan, maupun dibelakang tempat duduk kita, kan kita enggak pernah tahu mereka atau kita yang duluan menghadap-NYA, jangan-jangan kita duluan lagi, apa enggak takut?.

Emang sich, kematian jangan ditakuti, toh takut - enggak takut waktu itu pasti datang, cuman menurut saya kita perlu takut buat menghadapi kematian kita sendiri. Coba kita renungkan kalo kita mati pada saat maksiat, atau udah waktu sholat kita masih santai, padahal satu menit atau satu detik lagi kita menemui kematian. Terus gimana kalo kita mati belum punya persiapan, terus gimana waktu kita ngadepin dua malaikat di alam kubur, gimana kita ngalamin waktu ngmpul di padang masyhar nanti, terus gimana kalo kita di suruh masuk neraka.

Tapi kenapa sich kita pada enggak takut, atau mungkin kita udah merasa kuat buat menghadapi semua itu, buat ngejalanin siksaan di neraka, atau emang kita udah enggak percaya lagi sama hari akhir, hari kematian yang pernah diajarkan kepada kita dari sejak kecil oleh orang tua dan ustadz. Padahal dulu sahabat Rasulullah kalo udah mendengar kata kubur, kematian, sakaratul maut, para sahabat itu semuanya menangis karena apa? Karena mereka merasa apa yang mereka lakukan selama mereka hijrah ke gamama yang benar belum mencukupi buat membawa mereka untuk kembali bertemu Rasulullah di surga nanti.

Tapi sekarang kita yang boro-boro mau infaq seluruh harta kayak Abu Bakar, atau Ustman, atau yang galak kalo ada ummat islam yang dianiaya seperti Umar atau yang suka sekali belajar seperti Ali. Kita infaq aja kadang-kadang itu juga kalo ada recehan, Udah tahu ummat sedang diperangi kita malah sibuk dengan hidup kita, dan disuruh belajar ngaji malah lebih baik nonton tv. Kayaknya kita jauh banget deh ama Sahabat Rasulullah yang bener berjuang buat islam, eh tapi kita semua sombong baru punya amal sedikit aja lagaknya mengalahkan Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali. Baru bisa baca Alqur'an dikit aja udah belaga paling alim dan lupa ngajarin ke orang lain dan pakek nganggep orang lain itu bodoh, sedih deh…. Coba gimana gadepin kematian yang enggak tahu datengnya.

Sekarang begini aja deh , lebih baik kita mempersiapkan diri kita agar kita siap, mudah-mudahan kita diberi umur yang panjang untuk selalu bersyukur dan beribadah kepada NYA, dan kita diambil menuju kematian dalam keadaan Khusnul Khatimah biar kita enggak harus kesusahan hidup di akhirat nanti. Jangan deh jadi orang yang rugi dua kali, udah miskin di dunia,… eh malah dapet siksa di akhirat, mendingan kita juga mencari yang aman aja deh….

taushiyah-only

SELAMAT JALAN SYAHIDAH.......






Senin, 17 September 2007

JADE MY PROPHET


Berlian-Berlian Kepribadian Rosululloh SAW

Berlian yang pertama,
adalah Rasulullah yang agung ini hidup Zuhud luar biasa. Ia ikhlas tidur diatas tikar kasar hingga garis tikar tadi membekas di punggungnya. Bahkan tak jarang ia mengikatkan batu ke perut untuk
menahan rasa laparnya. Ketika Tuhan menawarkan kekayaan dunia, Nabi berakhlak paling mulia ini lebih memilih hidup Zuhud dan sederhana.Rasulullah bersabda:“Tuhanku menawarkan kepadaku bukit-bukit di Mekkah untuk dijadikan sebagai emas. Lalu saya menjawab : ”Hamba tidak mengharapkan itu semua wahai Tuhanku. Akan tetapi, saya lebih senang sehari lapar dan sehari kenyang. Tatkala kenyang, saya memuliakan dan bersyukur kepada-Mu. Sementara tatkala saya lapar,saya merendah dan berdoa kepada-Mu.” (HR. Ahmad)
BERLIAN KEDUA
Perhatian dan keperdulian Beliau kepada para sahabatnya seperti matahari menyinari bumi. Jika ia tak melhat sahabatnya selama tiga hari, ia akan menanyakan keadaannya. Jika sang sahabat tidak ada di rumah, beliau mendo’akannya. Sementara bila sang sahabat berada di rumah, beliau mengunjunginya.
BERLIAN KETIGA
Kemulian akhlaknya bak rembulan di kegelapan malam. Beliau sangat menghormati dan menyayangi tetangga.Tidak ada yang meminta kepadanya, kecuali beliau mengabulkannya. Beliau tidak berbincang dengan seseorang, kecuali disertai harapan kebaikan baginya. Beliau juga sangat menghormati wanita dan menyayangi anak-anak. Jika berpapasan dengan sekumpulan kaum wanita beliau akan mengucapkan salam terlebih dahulu pada mereka. Ia juga mengucapkan salam pada anak-anak belia.
BERLIAN KEEMPAT
Rasulullah Yang mulia dan kesayangan Tuhan ini seorang yang rendah hati serta tak pernah diam berpangku tangan. Beliau menambal sandalnya, menjahit sendiri pakaiannnya, memerah susu kambing peliharaannya dan mengerjakan sendiri semua keperluannya.
BERLIAN KELIMA
Beliau adalah suami paling manis dan romantis perlakuan pada istri-istrinya.Ini seperti digambarkan Aisyah dengan indah : “Para tentara berkumpul dan menari di mesjid pada hari raya. Lalu Nabi memanggilku. Saya menyandarkan kepala saya di pundak beliau. Dengan begitu saya bisa melihat permainan mereka sampai saya puas melihatnya.” (HR. MUSLIM)
BERLIAN KEENAM
Nabi Pilihan dan teladan manusia sepanjang jaman ini sangat menghormati pelayannya. Ia memperlakukan mereka dengan akhlaknya yang bak kilauan berlian di tengah samudera kehidupan. Anas menuturkan : ”Selama sepuluh tahun saya menjadi pelayan Rasulullah SAW, tidak pernah sama sekali beliau mencela saya,memukul, atau membentak saya. Beliau tidak pernah bermuka masam pada saya. Beliau juga tidak pernah mencaci maki saya karena keterlambatan saya dalam melaksanakan suruhannya.” (HR. AHMAD)
BERLIAN KETUJUH
Akhlak beliau merupakan perwujudan Al Qur,an, kepribadiannya merupakan samudera berlian sepanjang jaman. Abu Abdillah Al-jadali bertanya kepada Aisyah : “Bagaimana akhlak Rasulullah SAW menurut istri-istrinya?” Aisyah menjawab : “Beliau adalah manusia yang paling baik budi pekertinya, Tidak pernah berbuat keji, kotor atau licik ketika di pasar. Beliaupun tidak pernah membalas keburukan atau aniaya orang lain dengan hal yang serupa, karena beliau seorang pemaaf dan toleran.” (HR. Bukhari)
BERLIAN KEDELAPAN
Beliau menjauhkan diri dari tiga hal: debat kusir, banyak bicara, dan segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Selain itu, beliau juga mengiginkan manusia menjauhi tiga hal yaitu: tidak mencela orang lain, tidak mengungkap aibnya serta tidak mencari-cari kesalahannya.
BERLIAN KESEMBILAN
Kecintaannya pada orang-orang papa seperti air bening mengalir sepanjang kesejukan pegunungan. Ia berjalan akrab dengan para janda serta para kaum fakir miskin. Adakalanya dengan penuh cinta beliau menjahitkan sandal buat orang-orang papa serta menjahitkan pakaian untuk para janda.
BERLIAN KESEPULUH
Rasulullah SAW adalah orang banyak berzikir dan menghindari diri dari perkataan yang sia-sia. Banyak diam, mengawali dan mengakhiri perkataan dengan bahasa yang fasih sekali. Berbicara dengan bahasa yang singkat dan jelas tapi mempunyai makna yang sangat luas. Berbicara dengan perlahan dan tidak berlebihan.
BERLIAN KESEBELAS
Rasulullah adalah orang yang paling bersyukur kepada Allah. Walau beliau sudah mendapat jaminan Sorga dan mendapat ampunan segala dosanya. Beliau tetap taat melaksanakan ibadah hingga telapak kakinya pecah-pecah. Ketika Aisyah, Istri terkasih bertanya, mengapa tetap beribadah, padahal dosa-dosa beliau sudah diampuni Illahi Rabbi. Dengan indahnya Rasulullah menjawab : “Wahai Aisyah tercinta, bukankah seharusnya saya menjadi hamba yang selalu penuh syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa.”
Rahmadinov