A L U M N I S A F

MEDIA KOMUNIKASI PARA ALUMNI
TK - SD - SMP - SMA SALMAN AL FARISI
GURU - SISWA - KARYAWAN - ORANG TUA

Sabtu, 29 Desember 2007

PERANG PEMIKIRAN

Fenomena Ghazwul Fikri

Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, 'Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah 'Kapur!',jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah 'Penghapus!' Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, 'Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah 'Penghapus!', jika saya angkat penghapus, maka katakanlah 'Kapur!'. Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tentu saja murid-murid kerepotan dan kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa beradaptasi dan tidak lagi sulit.

Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. 'Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh-musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik nilai.'

'Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, selingkuh dan zinah tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan, materialistis dan permisive kini menjadi suatu gaya hidup pilihan, tawuran menjadi trend pemuda... dan lain lain.'

'Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?' tanya Ibu Guru kepada murid-muridnya. 'Paham buu...'

'Baik permainan kedua...' begitu Bu Guru melanjutkan. 'Bu Guru punya Qur'an, Ibu letakkan di tengah karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa menginjak karpet?' Nah, nah, nah. Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya, dan ia ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.

'Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya... Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan... Karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Preman pun tak akan rela kalau Islam dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar.'

'Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan...'

'Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dari perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain, sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang merekainginkan.'

'Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri [perang pemikiran]. Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham anak-anak?' 'Paham buu!'

'Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?' tanya mereka. 'Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.' 'Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar.'

Kalau saja ummat Islam di Ambon tidak diserang, mungkin umat Islam akan lengah terhadap sesuatu yang sebenarnya selalu mengincar mereka. Paham anak-anak?' 'Paham Buu..' 'Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang...'

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.


source : unknown

Senin, 24 Desember 2007

Iedul Qurban - Nenek


Dan Nenek pun Berqurban
EMBUN TAUSHIYAH -



Saya punya cerita yang mudah-mudahan bisa ngenggugah hati temen-temen, true story loh, and kalau idul Adha pasti ngingetin ane...[ Dia Maha Kasih dalam memberi peringatan pada hambaNya].Suatu siang yang panas di penjualan kambing kurban, waktu itu seorang akhwat minta temeni beli kambing untuk aqiqah putrinya...

Setelah pilih-pilih kambing , ane liat kambing yang paling bagus 'n gemuk , temen ane nawar harganya , ehh ... ternyata terlalu mahal untuk ukuran kantong temen ane...

Tiba-tiba datang seorang nenek tua, kira-kira berusia 70 tahunan , ternyata dia mau beli kambing juga. dan milih kambing yang ane pilih.

Iseng-iseng ane tanya, 'buat apa kambingnya nek? si nenek bilang kalau dia mau beli kambing buat kurban. trus ane tanyalagi,' kok belinya sendiri emangnya nggak ada anak, atau saudara nenek yang mau nganterin untuk beli kambing.??? '

ehhh, ternyata si nenek udah lama hidup sebatang kara, 'n untuk ngidupin kebutuhan sehari-hari dia jualan sapu lidi yang dibuatnya sendiri dari pelepah daun kelapa dan daun pisang.

iseng-iseng ane tanya ,' subhanallah yach nek, nenek masih sanggup berkorban.' Si nenek pun tersenyum 'n ini satu hal yang nggak bisa ane lupain , ternyata si nenek bukan saat itu saja berkorban tapi sudah beberapa tahun ia berkorban.

teman, ternyata dia menabung setiap hari seribu rupiah, hasil menjual sapu lidi dan daun-daun pisang. trus dia bilang ,' neng , gusti Allah sudah demikian sayang sama nenek, tiap hari dia memberi nenek nikmat-nikmat yang hanya dapat nenek hargai dengan seribu rupiah sehari, neng kalau Dia memberi rezeki lebih, sebenarnya nenek ingin pergi haji, tapi neng tahu sendiri ongkos ke sana berapa dan fisik nenek udah nggak memungkinkan ...

Nenek tahu gusti Allah Maha kaya dan nggak perlu dengan unag seribu yang nenek korbani tiap hari , tapi hanya ini yang bisa nenek korbankan untuk membalas setiap nikmatNya...

Teman, ane jadi malu pada diri ane sendiri , ternyata seorang nenek mau bersusah payah berkorban tiap tahun untuk membalas berjuta nikmat yang telah dilimpahkanNYa tiap hari, sedang ane yang telah di beri rezeki lebih terkadang masih merasa sayang, bila harus membeli kambing untuk berkorban...

walaupun peristiwa ini sudah terjadi 5 tahun yang lalu tapi kalau idul adha tiba ane selalu teringat sama si nenek... dia masih hidup nggak yach...???

EndangS

Senin, 17 Desember 2007

TIDAK HERAN INDONESIA TDK MAJU..

Bertahun-tahun, saya heran kenapa sih Indonesia "Tidak maju-maju" meski sudah merdeka 56 tahun. Tapi sekarang... saya sudah tahu alasannya.

Berdasarkan data statistik :
1. Jumlah penduduk Indonesia ada 237 juta. 104 juta diantaranya adalah para pensiunan. Jadi yang kerja  cuma 133 juta.
2. Jumlah pelajar dan mahasiswa adalah 85 juta. Jadi tinggal 48 juta orang yang kerja.
3. Yang kerja buat pemerintah pusat jadi pegawai negeri ada 29 juta. Jadi tinggal 19 juta yang kerja.
4. Ada 4 juta yang jadi ABRI dan polisi. Jadi tinggal 15 juta yang kerja.
5. Ada lagi yang kerja di pemerintahan daerah dan departemen2x jumlahnya 14,800,000. Jadi sisanya tinggal  200,000.
6. Yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia ada 188,000. Jadi sisa 12,000 orang saja yang  kerja.
7. Ada 11,998 orang yang di penjara. Jadi tinggal sisa dua orang saja yang masih bisa kerja. Siapa  mereka ???

Yaa... tentu saja SAYA dan ANDA !!
Tapi kan...ANDA 'kan lagi main-main dengan komputer didepan anda.
Jadi tinggal SAYA SENDIRI YANG KERJA!!!!!!!
Pantes aja kalau begini Indonesia tidak maju-maju.......................






Nena, Yuma, Wahyu, Ifad and naila






Jumat, 14 Desember 2007

heureuy ....




DOA MINTA JODOH

Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku,
      dekatkanlah...

      Tapi kalau bukan jodohku,
      Jodohkanlah....

      Jika dia tidak berjodoh denganku,
      maka jadikanlah kami jodoh...
      Kalau dia bukan jodohku, jangan sampai dia dapet jodoh yang lain,
     selain aku.....

      Kalau dia tidak bisa di jodohkan denganku,
      jangan sampai dia dapet jodoh yang lain,
      biarinkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku...

      Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh,
      jodohkanlah kami kembali...
      Kalau dia jodoh orang lain,
      putuskanlah! Jodohkanlah dengan ku....

      Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain,
      biar orang itu ketemu jodoh dengan yang lain dan
      kemudian Jodohkan kembali dia dengan ku ...

      "Amin...". --

JAM DINDING SURGA
Ada serombongan manusia yang sedang menunggu masuk di pintu sorga.
Mereka dipanggil masuk satu persatu oleh pejabat malaikat yang bertugas di sana.
Di dinding belakang tergantung puluhan jam dinding sebagaimana layaknya yang terlihat di bandara udara saja. Tetapi ada perbedaannya dengan jam yang ada di dunia ini. Kalau jam di dunia menunjukkan posisi waktu yang berbeda-beda untuk berbagai kota tujuan, jam dinding di sorga juga berbeda kecepatan putarannya.
Salah seorang yang agak bingung bertanya kepada malaikat di sana mengapa hal itu terjadi.
"Oh itu, jam yang tergantung di sana menunjukkan tingkat kejujuran pejabat pemerintah yang ada di dunia sewaktu Anda hidup."
Sang malaikat menjelaskan, "Semakin jujur pemerintahan negara Anda, jam negara Anda disini semakin lambat. Sebaliknya semakin korup pejabat pemerintah negara Anda, semakin cepat pula jalannya."
"Coba lihat," kata seorang yang sedang antri kepada yang lainnya, "jam Philipina berputar kencang. Berarti memang benar Marcos banyak korupsi tuh."
"Itu lagi, itu lagi," seru yang lainnya, "Jam Kongo, negaranya Mobutu Seseseko berputar tidak kalah cepat dari jam Philipina."
Mereka semua terlihat menikmati pengetahuan baru itu. Tapi mereka mencari-cari, dimana gerangan jam Indonesia. Salah seorang dari mereka memberanikan diri menanyakan kepada malaikat tadi.
"Oh, jam Indonesia ..... Kami taruh dibelakang dapur. Sangat cocok dijadikan kipas angin." jawab sang malaikat

Asean Games
Berikut wawancara singkat dengan Atlet(dari salah satu negara yang belum mendapat satu medali pun, baik itu perunggu,perak, atau emas).
Wawancara ini dilakukan pada hari pertama SEA GAMES oleh wartawan yang sudah anda kenal, yaitu Si WartO-wan dari Harian SALONPAS.

WartO-wan : Kenapa negara anda belum mendapat satu medali pun?
Atlet : Sebenarnya sih waktu berangkat... atlet dari negara kami sudah bertekad untuk mendapat medali. Tetapi setelah sampai disini, saya lihat yang menang kok! cuma dikasih Boneka, Monyet lagi!!.. Makanya atlet dari negara kami jadi tidak bersemangat lagi untuk menang...
[A4 = Ada-ada aja alasannya]

SELF ESTEEM



MILIKI HARGA DIRI



Apalah artinya punya rumah lapang kalau hati sempit!? Apalah artinya penampilan yang indah tapi berhati busuk!? Apalah gunanya harta banyak tapi hati selalu merasa miskin!? Apalah mamfaatnya segala ada tapi hati selalu nelangsa!? Apalah artinya makanan enak dan mahal kalau hati sedang dongkol, memang segala-galanya sangat tergantung kepada hati kita sendiri.

Syang seribu sayang kita amat sibuk memperindah rumah, tubuh, penampilan, tapi tidak pernah sibuk memperindaj qalbu. Kita sibuk memperkaya harta tapi jarang memperkaya hati, maka tidak usah heran kalau hidup ini hanya perpindahan dari derita ke sengsara, dari gelisah ke nestapa, dari resah ke musibah, seperti tiada berujung walaupun sudah mendatangi tempat manapun, memiliki apapun, memakan segala apapun.

Padahal Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ketahuilah bahwa dalam tubuh ini ada segumpal daging yang kalau baik maka akan baiklah sekujur tubuhnya, begitupun kalau buruk maka akan buruklah seluruh sikapnya, itulah yang dinamakan qalbu" (HR. Bukhari Muslim).

Nah, saudaraku sekalian, adalah mimpi di siang bolong, kalau kita ingin merasakan hidup bahagia yang asli tanpa kita mengetahui bagaimana caranya hidup dengan memelihara qalbu kita ini. Dijamin seratus persen tidak akan pernah merasakan kebahagiaan maupun kemuliaan tanpa kesungguhan menata hati ini.

Salah satu biang busuknya hati kita ini adalah kalau sudah tertipu dalam mencari harta. Seakan hidup hanya akan terhormat dan terjamin dengan banyak uang, sehingga tidak peduli lagi halal haramnya. Bagi yang tidak punya uang pun tidak kalah salahnya, ada sebagian dari kita yang sering cari jalan pintas, ingin untung besar dengan cara enteng, sehingga selain tidak berharta juga tidak punya harga diri.

Justru sering kita saksikan orang jadi hina dan sengsara oleh limpahan harta dan kedudukannya sendiri yang tentu karena diperolehnya dengan cara yang tidak benar.

Sepatutnya kalau harta kita tidak banyak maka perkayalah batin kita sehingga tetap terhormat, tidak menjadi peminta-minta, atau benalu bagi yang lain (lihatlah para koruptor, tukang disuap yang malang, sesungguhnya harta mereka sudah melimpah tapi disiksa dan dihinakan oleh Allah dengan kemiskinan di hatinya sehingga terus saja meminta-minta, menghisap sana sini bahkan kepada rakyat kecil sekalipun dengan menggadaikan harga dirinya, perbuatan ini sungguh hina dan patut kita kasihani).

Orang yang rizkinya masih pas-pasan bisa jadi lebih mulia dan terhormat kalau dapat menjaga harga dirinya. Maka, marilah sekuat tenaga jangan sampai kita menghinakan diri sebagai peminta-minta, apalagi memeras keringat orang dengan cara yang tidak halal, sungguh aib. Percayalah rizki dari Allah sangat melimpah, tidak akan tertukar, lihat kerbau saja yang tidak sekolah rizkinya tetap tercukupi, apalagi diri kita manusia yang diberi akal dan iman, niscaya kita akan bertemu dengan rizki dalam keadaan terhormat.

Marilah saudaraku kita singsingkan lengan lebih serius, kita simbahkan keringat kerja keras kita di jalan yang halal, didampingi dengan ibadah dan do'a kita yang sungguh-sungguh, jangan risaukan cemoohan orang tentang harta atau rumah kita yang sederhana dan tidak berharga yang penting kita bisa mewariskan yang termahal bagi keluarga, anak-anak, dan lingkungan kita yaitu hidup dengan memiliki harga diri, tidak pernah mau hidup menjadi beban dan benalu bagi orang lain.***

Kamis, 13 Desember 2007

KEBERSIHAN






INDAHNYA LINGKUNGAN BERSIH
Ada pengalaman menarik, disebuah desa nun jauh di pedalaman, ada seorang janda tua yang sangat dihormati dan juga disegani. Padahal tak memiliki jabatan apapun. Tidak jelita, tak berharta, malah rumahnya pun sederhana, terbuat dari bilik bambu, panggung, dan dapurnya pun berlantai tanah. Lalu apa gerangan yang membuat sang nenek dihormati dan dicintai masyarakat sekitarnya ? Tenyata nenek ini memiliki kebiasaan istimewa, beliau amat menghargai kebersihan sehingga rumah bilik bambunya yang sederhana itu tampak amat asri dan indah, nyaman bagi siapapun yang melihatnya, tertata sangat rapih dan serasi. Begitupun dapurnya, bersih teratur dan bahkan kamar mandinya pun sangat-sangat bersih. Padahal tak ada satu keramik pun yang terpasang disana. Semuanya serba model kampung. Yang membedakan adalah nenek ini begitu rajin membersihkannya dan hal ini membuat rumahnya tampak sehat, indah, dan menyenangkan. Ternyata untuk hidup terhormat, indah, dan menyenangkan tak indentik dengan kemewahan dan barang yang berharga, justru kesederhanaan namun dengan kebersihanlah yang akan mengangkat martabat seseorang.

Cobalah pikirkan bagaimana perasaan kita bila melihat wajah yang cantik namun disudut mata dan di bawah hidungnya (maaf) ada kotorannya? Giginya yang rapih tapi ternyata kotor kekuning-kuningan karena jarang dibersihkan? Bagaimana pula melihat baju yang mahal tapi kotor, kusut, dan tak rapih? Lalu, bagaimana pula penilaian saudaraku tentang rumah megah tapi tak terawat, kotor bau, rumputnya tak terurus, kamar mandi mewahnya bau dan licin serta sudah menguning? Niscaya pudarlah segala keindahan dengan kekotoran.

Memang kotor itu jelek, kotor itu tak nyaman, kotor itu biang penyakit, kotor itu merusak keindahan. Dan yang pasti kotor tidak boleh lagi menjadi bagian dari hidup kita. Ayo, sahabatku sekalian, jangan dulu sibuk membeli yang mahal atau yang bagus. Lebih baik kita bersihkan saja yang ada, kita rapihkan, lalu bagi-bagi tugas niscaya kita akan kaget betapa rumah kita, kampung kita, mesjid kita jauh lebih indah dan menyenangkan, dan jangan heran pula kalu nanti nama baik kampung kita akan jauh lebih bergengsi lebih terhormat karena memang salah satu ciri hidup terhormat sangat menghargai kebersihan

Memang tak ada kota yang bersih sebelum warganya senang kepada kebersihan, sebelum rumah warganya bersih. Dan sebenarnya kita dapat memulainya saat ini juga, insya Allah.
Dan ketahuilah bahwa tikus, ular , babi, lalat, atau juga belatung senangnya hidup ditempat kotor!
Selamat berbahagia bagi siapapun yang rumahnya terasa lebih bersih, rapih, biar saja barang yangada sederhana dan murah yang penting rapih bersih dan barokah!
Bila membutuhkan bukti lain, ada kisah darma wisata orang Singapura. Mereka terdiri dari para pelajar dan mahasiswa yang berkeliling ke universitas-universitas dan tempat wisata di negara kita. Suatu saat mereka berkunjung ke sebuah kampus, lalu mereka terbengong-bengong melihat para mahasiswa kita yang mendampingi mereka memakan kacang tanah dan dengan seenaknya membuang sampah dimana saja. Mereka hampir tak percaya bagaimana mungkin seorang intelek mengotori sendiri kampusnya? Anda mungkin ingin tahu bagaimana cara mereka memakan kacang tanah, ternyata kulit kacang tersebut mereka kumpulkan di sakunya masing-massing. Nampaknya, mereka sangat tidak terbiasa untuk mengotori tempat manapun yang mereka kunjungi!

Nampaknya, daripada kita mengotori hati dengan menyalahkan orang lain lebih baik mulai sekarang bertekadlah untuk tidak menyusahkan orang lain atau mempermalukan kota sendiri. Jangan buang sampah sembarangan, kalau kita belum sanggup meemungut sampah dan membersihkan, setidaknya jangan ada sampah yang kita tebarkan tidak pada tempatnya. Rumus sederhananya "kalau tak bisa membantu jangan menyusahkan."

Siapkanlah selalu kantung keresek plastik kecil disaku kita, dan tak pernah terjadi lagi sampah kita buang sembarangan. Tak masalah saku kita kotor sedikit dari pada berbuat dzalim mengotori kota kesaayangan kita ini.

Dan kita pun harus mulai menumbuhkan keberanian untuk mengingatkan siapapun agar tidak mengotori lingkungan di sekitar kita dimanapun. Tentu saja dengan cara yang paling sopan, misalnya dengan mengatakan sambil tersenyum ramah "Pak, maaf ya… lain kali tolong sampahnya disimpan pada tempatnya ya…," sambil kita pungut dan kita simpan pada tempat sampah yang tersedia

Insya Allah kalau niatnya tulus akan menjadi amal sedekah kita. Siapatahu beliau akan tersentuh lalu sadar dan membiasakan kebaikan ini selain pada dirinya sendiri juga pada keluarga dan lingkungannya sehingga menularlah kebiasaan mulia ini. Amin! JURNAL mQ

Senin, 10 Desember 2007

Embun Tausyiah






Falsafah Lima Jari



Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari telunjuk Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf [ingatkah anda waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling jari kelingking].

Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan [menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll. Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua ? Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menyayangi, saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh seperti yang terjadi di negara kita saat ini. Sudahkah kasih sayang saya bertambah hari ini bagi anda ?

Kamis, 06 Desember 2007

alumni juga




Senin, 03 Desember 2007

LOVE CAKE RECEIPT

RESEP KUE CINTA

Bahan:
1 pria sehat,
1 wanita sehat,
100% Komitmen,
2 pasang restu orang tua,
1 botol kasih sayang murni.

Bumbu:
1 balok besar humor,
25 gr rekreasi,
1 bungkus doa,
2 sendok teh telpon-telponan,
(Semuanya diaduk hingga merata dan mengembang)

Tips:
- Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang. Jangan yang
satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi
kelezatan.
- Sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual
mahal tapi mutunya terjamin.
- Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun
modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang
menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
- Gunakan Kasih sayang cap "IMAN, HARAP & KASIH" yang telah memiliki
sertifikat ISO dari Departemen Kesehatan dan Kerohanian.

Cara Memasak:
- Pria dan Wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa
niat tulus ikhlas.
- Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua
secara merata.
- Masukkan niat yang murni ke dalam loyang dan panggang dengan api cinta
merata sekitar 30 menit di depan penghulu atau orang tua.
- Biarkan di dalam loyang tadi, sirami dengan semua bumbu di atas.
- Kue siap dinikmati.

Catatan:
Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak
dinikmati dalam keadaan kasih yang hangat!
Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya,
rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa kemudian dihangatkan
lagi di oven bermerek "Tempat Ibadah" diatas api cinta. Setelah mulai
hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila
berjauhan.
Selamat mencoba, dijamin halal…! Selamat menikmati…

(Made by 'love' bakery')___
DARI milist corps menwa ITB____________________________________________
Tk-83 mailing list

Kamis, 29 November 2007

BERHATI-HATILAH TERHADAP DUNIA

BE CAREFUL
Dunia adalah kediaman yang fana. Ia bukan rumah tempat berteduh, bukan sabana tempat merumput. Ia adalah tempat persinggahan sejenak yang penuh tipu daya. Ia adalah tempat yang hina di hadapan Allah, maka bercampurlah antara yang haram dengan yang halal, antara yang ma’ruf dengan yang mungkar, antara kehidupan dan kematian, dan antara manis dengan pahitnya.
Saudaraku,
Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang secara mengesankan memberikan perumpamaan tentang dunia. Ayat pertama berbunyi, "Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Kahfi [18] : 45)
Sedangkan ayat kedua berbunyi, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan hanya sesuatu yang melenakan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al Hadid [57] : 20)
Saudaraku,
Dunia ini memang tidak ada apa-apanya. Dia hanyalah ladang kesia-siaan sekiranya kita hanya menjadikannya pemuas nafsu, memperturutkan segala bentuk tipuan setan. Dititipi harta, gelar, pangkat, dan jabatan, bukannya dijadikan sebagai ladang syukur nikmat kepada Zat yang telah menitipinya kelebihan dunia ini tersebut, melainkan dijadikannya ladang petaka laknat karena menjadi ujub, riya, sum’ah, takabur, serta gemar berbuat aniaya pada sesama manusia. Dititipi istri yang cantik dan anak yang lucu-lucu, bukan semakin membuatnya dekat kepada Allah, justru semakin lalai dan jauh dari karunia-Nya. Pendek kata, apapun nikmat yang dititipkan kepadanya hanya membuatnya semakin jauh tergelincir mmperturutkan hawa nafsu dan tipuan setan, naudzubillaahi min dzalik!
Orang seperti ini biasanya akan selalu merasa pusing dengan urusan dunia. Setiap saat pikirannya akan selalu disibukkan untuk mengejar dunia sebanyak-banyaknya. Ia akan tertawa bila apa yang dikejarnya di dapat, tetapi akan kecewa, gelisah, dan marah bila apa yang diinginkannya tidak kesampaian. Pokoknya, otak dan hatinya akan terus dilanda pusing, pusing, dan pusing. Tidaklah aneh, karena dunia sepertinya telah memperbudak setiap desah nafas hidupnya, setiap denyut darah di urat nadinya, setiap jengkal langkah demi langkah hidupnya. Dunia telah jadi bagian yang melenakan tugas hidupnya sebagai seorang hamba. Dunia telah menggerogoti pikiran rasionalnya sebagai seorang hamba.
Saudaraku,
Pantaslah bila Imam Ali r.a. dalam sebuah khutbahnya mempertanyakan orang-orang dengan tabiat seperti ini, "Ada apa dengan kalian ini, sehingga kalian merasa puas dengan sedikit yang kalian peroleh dari dunia ini. Sementara, sesuatu yang banyak dari akhirat dan hilang dari kalian, tidak membuat sedih? Yang sedikit dari dunia ini yang untuk itu kalian menderita sakit sedemikian banyaknya, sehingga ia menjadi tampak pada wajah kalian atas apa saja yang diambil dari kalian. Seakan dunia ini adalah kediaman yang kekal dan seakan kekayannya menetap pada kalian selama-lamanya?"
Betul, Allah tidak akan menjauhkan dunia dari pecinta-Nya. Tidak pula Ia kikir dengan itu kepada yang ingkar dari-Nya. Tapi ingat,kebaikannya amatlah jarang dan keburukannya selalu siap mendera. Pantaslah Allah telah mengingatkan kita dalam sebuah hadits qudsi bahwa, "Kalau dunia ini ada harga sesayap nyamuk, niscaya orang-orang kafir tidak akan diberi minum walau barang seteguk." Begitu tidak berharganya dunia di hadapan Allah. Lalu, layakkah kita mengejar-ngejarnya begitu rupa sampai tidak peduli halal haram? Sampai tidak peduli hukum-hukum Allah? Sungguh sebuah pekerjaan yang teramat bodoh.
Saudaraku,
Berhati-hatilah dengan dunia ini. Ia adalah kesenangan yang menipu, seandainya kita tidak benar dalam menyikapinya. Rasulullah SAW dan para sahabat pun telah begitu rupa mengingatkan tentang hakikat dunia ini. Sabdanya, "Cinta kepada dunia adalah sumber dari segala kejahatan." Orang boleh kaya dunia, tetapi Nabi SAW melarang cinta kepada dunia. Seperti Nabi Sulaiman AS dan para sahabat yang kaya, mereka ternyata berhasil menundukan dunia di dalam genggamannya. Dunia sama sekali tidak diletakkan di dalam hatinya, cinta kepada Allah justru itulah yang selalu menyelimuti hati-hati mereka.
Pantaslah bila Imam Ibnu Athaillah dalam kitabnya yang terkenal, Al Hikam, menasehatkan, "Istirahatkan dirimu dari kerisauan mengatur kebutuhan duniamu, sebab apa yang sudah dijamin oleh lain mu, tidak usah kau sibuk memikirkannya." Seorang hamba hanya wajib dan melulu mengenal kewajiban, sedang jaminan upah ada di tangan majikan. Maka tidak usah risau pikiran dan perasaan untuk mengaturnya, karena kuatir kalau apa yang telah dijamin itu tidak tiba atau terlambat, sebab ragu terhadap jaminan Allah adalah tanda kurangya iman.
Saudaraku,
Kampung dunia ini sebenarnya tidak ada apa-apanya. Karenanya, daripada sibuk mencari-cari dunia, lebih baik carilah Yang Memiliki Dunia! Dia-lah Allah SWT.
(Sumber : Jurnal MQ Vol.I/No.3/Juli 2001)

INILAH FIVOTICK BLUE




Kamis, 22 November 2007

ZUHUD


Zuhud
K.H. Abdullah Gymnastiar

--------------------------------------------------------------------------------

Ada empat tipe manusia berkaitan dengan harta dan gaya hidupnya :

Pertama, orang berharta dan memperlihatkan hartanya. Orang seperti ini biasanya mewah gaya hidupnya, untung perilakunya ini masih sesuai dengan penghasilannya, sehingga secara finansial sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Hanya saja, ia akan menjadi hina kalau bersikap sombong dan merendahkan orang lain yang dianggap tak selevel dengan dia. Apalagi kalau bersikap kikir dan tidak mau membayar zakat atau mengeluarkan sedekah. Sebaliknya, ia akan terangkat kemuliaannya dengan kekayaannya itu jikalau ia rendah hati dan dermawan.

Kedua, orang yang tidak berharta banyak, tapi ingin kelihatan berharta. Gaya hidup mewahnya sebenarnya diluar kemampuannya, hal ini karena ia ingin selalu tampil lebih daripada kenyataan. Tidaklah aneh bila keadaan finansialnya lebih besar pasak daripada tiang. Nampaknya, orang seperti ini benar-benar tahu seni menyiksa diri. Hidupnya amat menderita, dan sudah barang tentu ia menjadi hina dan bahkan menjadi bahan tertawaan orang lain yang mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Ketiga, orang tak berharta tapi berhasil hidup bersahaja. Orang seperti ini tidak terlalu pening dalam menjalani hidup karena tak tersiksa oleh keinginan, tak ruwet oleh pujian dan penilaian orang lain, kebutuhan hidupnya pun sederhana saja. Dia akan hina kalau menjadi beban dengan menjadi peminta-minta yang tidak tahu diri. Namun tetap juga berpeluang menjadi mulia jikalau sangat menjaga kehormatan dirinya dengan tidak menunjukan berharap dikasihani, tak menunjukan kemiskinannya, tegar, dan memiliki harga diri.

Keempat, orang yang berharta tapi hidup bersahaja. Inilah orang yang mulia dan memiliki keutamaan. Dia mampu membeli apapun yang dia inginkan namun berhasil menahan dirinya untuk hidup seperlunya. Dampaknya, hidupnya tidak berbiaya tinggi, tidak menjadi bahan iri dengki orang lain, dan tertutup peluang menjadi sombong, serta takabur plus riya. Dan yang lebih menawan akan menjadi contoh kebaikan yang tidak habis-habisnya untuk menjadi bahan pembicaraan. Memang aneh tapi nyata jika orang yang berkecukupan harta tapi mampu hidup bersahaja (tentu tanpa kikir). Sungguh ia akan punya pesona kemuliaan tersendiri. Pribadinya yang lebih kaya dan lebih berharga dibanding seluruh harta yang dimilikinya, subhanallaah.


***

Perlu kita pahami bahwa zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, semacam harta benda dan kekayaan lainnya, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan makhluk. Bagi orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun harta yang dimiliki, sama sekali tidak akan membuat hatinya merasa tenteram, karena ketenteraman yang hakiki adalah ketika kita yakin dengan janji dan jaminan Allah.

Andaikata kita merasa lebih tenteram dengan sejumlah tabungan di bank, saham di sejumlah perusahaan ternama, real estate investasi di sejumlah kompleks perumahan mewah, atau sejumlah perusahaan multi nasional yang dimiliki, maka ini berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seberapa banyak saham pun yang dimiliki, sebanyak apapun asset yang dikuasai, seharusnya kita tidak lebih merasa tenteram dengan jaminan mereka atau siapapun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali ijin Allah. Dia-lah Maha Pemilik apapun yang ada di dunia ini.

Begitulah. Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak mejadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita, dan bahkan, lebih tahu dari kita sendiri.

Ada dan tiadanya dunia di sisi kita hendaknya jangan sampai menggoyahkan batin. Karenanya, mulailah melihat dunia ini dengan sangat biasa-biasa saja. Adanya tidak membuat bangga, tiadanya tidak membuat sengsara. Seperti halnya seorang tukang parkir. Ya tukang parkir. Ada hal yang menarik untuk diperhatikan sebagai perumpamaan dari tukang parkir. Mengapa mereka tidak menjadi sombong padahal begitu banyak dan beraneka ragam jenis mobil yang ada di pelataran parkirnya? Bahkan, walaupun berganti-ganti setiap saat dengan yang lebih bagus ataupun dengan yang lebih sederhana sekalipun, tidak mempengaruhi kepribadiannya!? Dia senantiasa bersikap biasa-biasa saja.

Luar biasa tukang parkir ini. Jarang ada tukang parkir yang petantang petenteng memamerkan mobil-mobil yang ada di lahan parkirnya. Lain waktu, ketika mobil-mobil itu satu persatu meninggalkan lahan parkirnya, bahkan sampai kosong ludes sama sekali, tidak menjadikan ia stress. Kenapa sampai demikian? Tiada lain, karena tukang parkir ini tidak merasa memiliki, melainkan merasa dititipi. Ini rumusnya.

Seharusnya begitulah sikap kita akan dunia ini. Punya harta melimpah, deposito jutaan rupiah, mobil keluaran terbaru paling mewah, tidak menjadi sombong sikap kita karenanya. Begitu juga sebaliknya, ketika harta diambil, jabatan dicopot, mobil dicuri, tidak menjadi stress dan putus asa. Semuanya biasa-biasa saja. Bukankah semuanya hanya titipan saja? Suka-suka yang menitipkan, mau diambil sampai habis tandas sekalipun, silahkan saja, persoalannya kita hanya dititipi.

Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah. Dan hendaknya engkau bergembira memperoleh pahala musibah yang sedang menimpamu walaupun musibah itu akan tetap menimpamu." (HR. Ahmad).***

Senin, 19 November 2007

MEDICAL ALUMNI

alumni salman yang kuliah di kedokteran : Alina, Ayu, kiky, irma, noviandari, dst ( kurang lebih 8 orangan lach.... )
INILAH SEBAGIAN DARI MEREKA ...



Alumni bro-sis





DIALOG PENDIDIKAN

Kemarin minggu, 18 Nopember 2007 di Hotel Horison Bandung diselenggarakan Dialog Untuk Pendidikan Berkualitas atas kerjasama IA-UPI, PGRI, Pemprov jabar dan PAN, hadir sebagai pembicara Gubernur Jabar Bapak Dani Setiawan (keynote speaker) Pembicara lainna : Presiden Guru Republik Indonesia Prof. Muhamad Surya , Kord. Panitia Anggaran DPR RI , Bapak drg. Toni Apriliani, M.Sc ( sedianya bapak Amin Rais tetapi berhalangan), Bapak Amung Ma'mun , M.Pd , Dekan FPOK UPI. Diskusi berlangsung menarik karena pembicara mempunyai latar belakang yang berbeda kepentingan dan sudut pandang mengenai anggaran pendidikan yang tertera dalam UUD 1945 ( hasil amandemen ) minimal 20% , tetapi pemerintah pusat/ daerah ( jabar ) merasa belum mampu. selain itu yang membuat menarik karena ada door prize berupa . tiket umroh, sepeda motor dan televisi 21 inci . para peserta yang hadir diantaranya beberapa Mantan Guru Salman , Kadisdik Jabar, Ketua PGRI jabar, FAGI, ICW, yayasan Istiqomah, guru SMA Plus Addawah Pacet Cianjur,guru SMA 20, kasek SMAN 12, Guru SD Tunas Unggul bdg, SMA Muthahari, mahasiswa UPI, wakil dari kota/kabupaten di jabar .

Minggu, 18 November 2007

TIP BAHAGIA

Ternyata Menjadi Bahagia Itu Mudah...

'Nyontek' dari website tetangga, hanyawanita.com. Bagus juga untuk direnungkan, dihayati dan diamalkan. (Hm?)

Anda sulit sekali merasa bahagia padahal ditilik dari semua aspek tak ada yang kekurangan? Faktor kebahagiaan yang selama ini dikenal oleh para ilmuwan adalah bahwa orang yang punya sikap positif lebih bahagia. Orang yang bisa menikmati hidup akan menjalani kehidupan dengan cara yang menyenangkan, yang tak jarang membuat orang lain iri.
Tahukah Anda, bahwa bersikap positif dan optimis akan meningkatkan harapan hidup setidaknya 7,5 tahun, hal ini dibuktikan oleh survey di Yale University setelah menghitung faktor usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan kesehatan fisik. Orang yang berpikir positif lebih bisa mengurangi dampak negatif dari stres yang merusak, itulah kuncinya.
"Tentu saja mereka yang optimis juga mendapat stres," ujar David Snowdon, profesor neurologi di University of Kentucky yang mengkaji masalah pertambahan usia. "Namun mereka meresponnya dengan lebih cepat sehingga status mental dan fisik yang positif terjaga."
Berikut dipaparkan lima perilaku yang diyakini para ahli dapat memperpanjang usia dan bisa Anda tiru juga, lho.
l. Gunakan ponsel Anda
Jalinlah komunikasi dengan teman atau sahabat, melalui ponsel juga bisa jika tak punya cukup waktu untuk bertemu langsung. Orang yang gemar bersosialisasi setidaknya sekali seminggu akan diberkahi otak yang tajam, umur panjang dan menghindari serangan jantung. "Bicaralah di telpon dengan teman, hal ini punya efek langsung menurunkan tekanan darah dan kadar kortisol," ujar Teresa Seeman, PhD, seorang profesor epidemiologi di UCLA.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa memiliki hubungan jangka panjang memiliki sejumlah manfaat, antara lain menjalani kehidupan aktif dan terhindarkan dari keinginan merokok." Nah, mulai sekarang berusahalah untuk berhubungan dengan teman-teman yang anda punya. Telpon mereka, jadwalkan makan siang bersama atau sekadar ngopi di resto atau kafe mana... gitu.
2. Mereka menunjukkan rasa syukur
Tuliskan perasaan Anda mengenai kejadian menyenangkan di kertas, diary, komputer atau bahkan PDA. Orang yang suka menuliskan segala hal akan mensyukuri apa yang mereka dapat dan lebih optimis menatap masa depan. Umumnya orang seperti ini juga merasa lebih puas dengan apa yang sudah diraih sejauh ini, demikian menurut studi University of California, Davis. Orang-orang ini juga merasa fisiknya jauh lebih kuat.
"Jika Anda selalu bersyukur, sulit untuk merasa sedih," ujar Sonja Lyubomirsky, PhD, penulis buku "The How of Happiness: A Scientific Approach to Getting the Life You Want." Namun janganlah berlebihan. Orang yang menuliskan perasaan mereka di jurnal seminggu sekali mendapatkan dorongan lebih besar untuk merasakan kebahagiaan ketimbang mereka yang menuliskannya tiga kali seminggu. Temukan frekuensi yang tepat untuk Anda, dan jalankanlah.
3. Baik hati
Apakah selama ini Anda melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari? Berbuat baik akan membuahkan rasa nyaman dan bahagia dalam diri, demikian menurut penelitian Lyubomirsky. Karma berbuat baik Anda akan berbalas manis, bahkan meski itu hanya 'kebaikan kecil' yang Anda lakukan untuk orang lain dan tak direncanakan. Misalnya memberikan kursi Anda untuk ibu hamil di angkot, atau membelikan rekan kerja secangkir kopi atau setangkup pizza saat makan siang. Anda akan menjumpai bahwa 'balasan' dari tindakan manis Anda ini akan jauh lebih besar dari yang dibayangkan. "Anda akan melihat bagaimana Anda dihargai dan disukai orang lain." ujarnya. Bukankah itu menyenangkan?
4. Menghargai hidup
Ya, tentu saja Anda dapat menulis ulang sejarah dan merasa jauh lebih baik mengenai diri Anda. Sisihkan sedikit waktu setiap minggu untuk mencatat setiap kejadian yang sudah berlangsung. Merefleksikan pengalaman dapat membentuk kembali persepsi atas kejadian itu, demikian juga mengenai pengharapan Anda di masa datang, ujar Robert N. Butler, MD, presiden dari International Longevity Center-USA di New York City. Saat menciptakan 'review kehidupan' ini Anda akan mencatat semua pencapaian dan secara instan akan mendongkrak rasa percaya diri. Catat dan kelompokkan dalam folder terpisah mengenai kisah saat kuliah, bekerja, menikah, memiliki anak dan lain-lain.
Tuliskan kisah kesuksesan dan kegagalan yang Anda alami. Mungkin Anda akan mendapati kegagalan di satu sisi, ternyata membuahkan kesuksesan di bidang lain. Pindah dari kantor lama ternyata Anda mendapatkan suami di kantor baru. "Meski kejadian itu menyakitkan, Anda akan lebih mudah menangani masa-masa sulit itu." Jadi jujurlah, tapi jangan terlalu keras 'menghakimi' diri sendiri. Ingatlah Anda adalah 'heroin' pada dongeng yang Anda tulis.

Ayo lakukan sekarang dan gapailah kebahagiaan dengan cara sederhana
Thanks a lot , Bu Diah Utami

Kamis, 15 November 2007

kalau ini siapa ?



tebak alumni saf ini, Who is this ?





just kiding

Jumat, 09 November 2007

inilah Pendiri sekolah SALMAN


Lendo Novo: Sekolah Harus Menyenangkan!

Sewaktu kecil ia sering dihukum guru karena terlalu banyak bertanya. Dia mengaku bahwa duduk diam di kelas adalah siksaan, sehingga dari usia belia ia bercita-cita membuat suatu sekolah yang muridnya kelak dapat menikmati saat-saat belajar mereka.

Impiannya itu berhasil diwujudkan Lendo Novo (43) pertama kali di tahun 1992, dengan mendirikan sebuah taman kanak-kanak (TK) yang diberinya nama TK Salman. TK itu dinamai demikian, karena didirikan di lingkungan Masjid Salman, sebuah masjid di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat Lendo menempuh pendidikan S1 dan S2-nya selama beberapa tahun sebelumnya.
“Siswa di TK Salman setiap harinya belajar dari pagi hingga sore hari. Akibatnya, sekolah ini menuai banyak kecaman,” kenang Lendo sambil tersenyum. “Padahal siswa di TK ini sangat menikmati kegiatan belajar mereka,” lanjutnya.
Beberapa pihak, termasuk Ibu Sudharmono, istri wakil presiden kala itu menganggap Lendo tidak mengerti konsep pendidikan. Sebab ia tidak berlatar belakang pendidikan guru. Namun Lendo Novo pantang mundur. Kecaman itu tidak ditanggapinya serius, ia justru mengundang mereka yang mengkritiknya untuk melihat secara langsung proses pembelajaran di sekolahnya itu.
“Kalau anak TK harus duduk diam dan melipat tangannya selama belajar, mungkin waktu sepuluh menit bagi mereka sangat lama, tapi kalau kegiatan belajar mereka menyenangkan, mereka akan menikmati belajar itu walau berjam-jam,” ujar ayah dari Bariah, Khalid, Hamzah, Dhia, dan Omar ini penuh keyakinan.
Mulai tahun 1992 itu pula, Lendo Novo terus menggodok konsep sekolah yang diimpikannya, hingga lima tahun kemudian, tahun 1997, muncullah kesempatannya membuka sekolah alamnya yang pertama, yakni Sekolah Alam Ciganjur, di Jakarta Selatan.
Lendo Novo di sekolah alamnya ini mengembangkan suatu sistem pendidikan, di mana siswa dari umur pra sekolah sudah belajar berinteraksi langsung dengan alam sebagai media belajar mereka setiap harinya. Mereka belajar mengamati, bertanya, mengumpulkan data, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis mereka. Dengan cara belajar yang aktif dan kreatif ini, anak-anak belajar mandiri dan menjadi akrab dengan lingkungannya.
Sekarang sudah ada sekitar sembilan sekolah alam di Jawa dan Sumatera. Lendo berharap sekolah alam kelak ada di semua provinsi di Indonesia, sehingga bisa menjadi contoh positif dan dapat mempengaruhi pendidikan formal.

Sekolah Bisnis
Selama mengembangkan sekolah alamnya, Lendo Novo juga memendam keinginan mengembangkan suatu sekolah bisnis berbasis lingkungan. Ia lantas mendirikan School of Universe (SoU), tepatnya di tahun 2004, yang mengembangkan pola jaring laba-laba (spider web) dan pembagian per tema dalam sistem pembelajarannya.
Di SoU, alam semesta adalah sumber pembelajaran tanpa batas. Di sekolah ini para siswa dilatih “membaca” semesta dengan cara pandang utuh dan menyeluruh. Khasanah semesta dituangkan ke dalam tema-tema bahasan, dan siswa belajar dengan cara mengupas tema tersebut melalui semua cara pandang berbagai cabang keilmuan.
Lendo tergolong berhasil mengembangkan sekolah yang secara terpadu mengajarkan kepada siswanya soal akhlak, logika, dan sifat kepemimpinan. Terbukti sekolah alam dan SoU yang didirikannya kini menjadi inspirasi banyak pihak. Salah satunya, Dewan Gereja Dunia melalui Wahana Visi Indonesia (WVI) telah mengontraknya sejak sekitar tahun 2001 hingga tahun 2011 nanti, untuk merintis sekolah alam di Indonesia, antara lain untuk wilayah Papua dan Nusa Tenggara.
Lendo selalu yakin dengan gagasan sekolah bisnisnya ini. Ia bahkan kini mengatakan berani “mengadu” kemampuan siswa dari sekolahnya ini dengan kemampuan siswa dari sekolah mana pun di dunia ini.

Sosok Lendo
Lendo Novo selama ini mungkin lebih dikenal sebagai mantan staf ahli Menteri Negara BUMN Sugiharto ketimbang sebagai "sang brilian penggagas sekolah alam”. Ia sempat dijuluki “orang yang paling ditakuti” oleh para direksi BUMN. Sebab perannya membersihkan BUMN dari para koruptor telah menyebarkan ketakutan di kalangan para pejabat BUMN yang merasa dirinya “kurang bersih”.
Menurut Septri, salah seorang pengajar di SoU, Lendo adalah seorang yang cerdas, idealis, baik, ramah, nyentrik, pantang menyerah, dan memiliki “seabrek” sifat baik lainnya.
Sosok visioner ini kini juga sedang menyiapkan Life Institute, yakni sekolah bisnis setingkat perguruan tinggi. “Insya Allah, Life Institute akan siap pada tahun 2009 nanti,” ujar Lendo menutup perbincangan yang hangat dengan SH di SoU, Parung, Bogor, pada Selasa (31/7) lalu.
(berbagai sumber)

Komentar : Mudah-mudahan Salman masih mau melihat idealisme para pendiri Salman, bukan hanya mengedepankan Bisnis belaka ....

Selasa, 06 November 2007

Memahami Al Qur'an



Membaca Teks Suci (2)
Nadirsyah Hosen

Ummat Islam menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber rujukan utama dan terutama. Kitab suci itu juga menjelaskan fungsinya sebagai, "Kitab yang tiada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa"(Al-Baqarah:2). Karena tiada keraguan mengenai isinya, maka semua informasi yang diberikan dalam Al-Qur'an pastilah benar. Hal ini tidaklah mengherankan karena Al-Qur'an adalah Kalamullah; ia berasal dari Allah SWT. Adalah wajib bagi ummat islam untuk meyakini bahwa satu huruf pun dalam Al-Qur'an itu berasal dari Allah SWT.

Kitab suci yang diturunkan kepada Muhammad SAW ini haruslah dibaca dan dipahami sebaik mungkin. Sayangnya, ada dua hal yang menyulitkan kita untuk memahaminya. Pertama, Al-Qur'an menggunakan bahasa Arab. Kedua,tema-temanya tidak tersusun rapi dan sistematis.

Kesulitan pertama lahir karena ketidakmampuan sebagian besar diantara kita berbahasa arab dengan baik. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sastra yang digunakan oleh Al-Qur'an sangatlah tinggi. Bagi yang tidak menguasai bahasa Arab atau hanya sedikit menguasai jelas amat sulit untuk menangkap maksud Al-Qur'an dengan baik. Bahkan mereka yang bahasa ibunya bahasa Arab pun belum tentu mampu memahami kandungan bahasa al-Qur'an. Untunglah terjemahan Al-Qur'an sudah dicetak dan beredar luas. Tafsir berbahasa Indonesia juga sudah ada, semisal Tafsir Al-Azhar Buya Hamka.

Kesulitan kedua merupakan lanjutan logis dari kesulitan pertama. 114 surat yang terbagi dalam 30 juz dan tersebar dalam enam ribu lebih ayat bukanlah tersusun seperti ensiklopedi, yang entrinya disusun secara alpabetikal. Tema dalam Al-Qur'an terkesan meloncat-loncat. Kita akan gagal memahami maksud satu tema, bahkan satu ayat, dalam Al-Qur'an tanpa menghubungkannya dengan sejumlah ayat lain; bahkan juga harus dibantu dengan sejumlah riwayat hadis. Ini menunjukkan kita harus benar-benar memahami Al-QurĂ¢an secara satu kesatuan (holistik).

Berbeda dengan membaca ensiklopedi yang bila telah menemukan satu entri maka kita dapat melupakan atau mengacuhkan entri lainnya. Tapi tidak demikian halnya dengan Al-Qur'an. Membaca hanya surat Al-Baqarah ayat 219 tentang khamr tidak akan meraih pemahaman yang utuh, kecuali bila kita juga membaca QS. 47: 12, dan QS. 5:90. Untunglah kita tertolong dengan beberapa kitab yang berfungsi sebagai indeks dalam mencari ayat Al-Qur'an. Kitab Mu'jam al-Mufahras, Fathur Rahman atau Indeks Al-Qur'an (terbitan Pustaka Bandung), Konkordansi Al-Qur'an (terbitan Litera Bogor) hanyalah sekedar menyebut beberapa kitab yang sangat berguna bagi kita.

Persoalan yang paling utama adalah bagaimana kita "membaca" Al-Qur'an sehingga hasil "bacaan" tersebut dapat berpengaruh dan menjawab semua problematika kehidupan?
Buat anak IAIN, Al-Qur'an telah menjadi obyek pembahasan tafsir; buat "paranormal", ayat Qur'an menjadi jimat; buat pejabat, ayat Qur'an yang dikutipnya membuat ia dianggap sebagai tokoh Islam, apalagi kalau ia kemudian bergabung dengan organisasi kumpulan cendekiawan Islam; buat para da'i, ayat Qur'an harus dikutip dalam ceramahnya, semakin banyak ayat yg dikutip semakin terlihat kealimannya; buat Sri Bintang Pamungkas, ayat Qur'an juga bisa ditaruh di kartu lebaran "politik"nya; buat AM Saefuddin dari PPP, ayat-ayat yang menyebut "bintang" dikumpulkannya untuk memberi justifikasi lambang partainya; buat seorang kiyai pendukung Golkar, problema umat islam bisa dipecahkan dengan kumpulan ayat yang bila huruf awalnya disingkat akan melahirkan kata "Golkar". Buat qari'-qari'ah, ayat Qur'an dilagukan di MTQ; dan masih banyak macam dan ragam cara kita "memperlakukan" Al-Qur'an.

Tetapi, pernahkah kita berpikir untuk menempatkan Al-Qur'an sesuai dengan proporsinya? Bila kita menghadapi masalah yang berat pernahkah kita mencoba mencari jawabannya di Qur'an? Bila rezeki Tuhan turun begitu melimpah atau tersendat-sendat kepada kita, adakah kita temukan jawabannya dalam kitab suci? Bila kita berselisih dengan karib kerabat pernahkah kita mencari penyelesaiannya dalam Al-Qur'an? Maukah kita disamping membaca koran dan email tiap hari juga mau membaca al-Qur'an setiap hari? Pernahkah kita introspeksi perjalanan hidup kita dengan melihat kandungan ayat suci al-Qur'an sebagai "hakim"nya? Pada umur berapa kita mulai tertarik dengan al-Qur'an dan bersedia menelaah ayat demi ayatnya?

Syaikh Abdullah Darraz berkata, "Al-Qur'an itu bagaikan intan berlian. Dipandang dari sudut manapun tetap memancarkan cahaya". Boleh jadi ada sejumlah surat (katakanlah Surat Al-Ikhlas) yang sejak kecil kita baca (entah telah berapa ratus kali). Pernahkah kita melihat "cahaya"nya yang berbeda-beda? Ketika kita membaca surat Al-Ikhlas dalam satu kondisi boleh jadi kita mendapat satu pemahaman. Di hari dan kondisi yang berbeda, boleh jadi ayat yang sama akan melahirkan pemahaman yang berbeda pula. Semakin sering dibaca, semakin dalam maknanya. Surat Yasin yang dibaca setiap minggu oleh sebagian dari kita, seharusnya telah melahirkan pemahaman yang semakin mendalam setiap minggunya.

Jika kita mampu "membaca" al-Qur'an lebih dari saat kita membaca huruf demi hurufnya, al-Qur'an tiba-tiba menjadi "hidup". Seorang rekan bercerita, ketika ia hendak melakukan perbuatan yang tercela, tiba-tiba ayat al-Qur'an melintas didepannya. Ia terkejut melihat Allah langsung menegurnya dengan "menampakkan" ayat Qur'an didepan matanya. Ketika ia membaca satu ayat, ia tak mampu memahaminya. Namun ia teruskan juga membaca ayat selanjutnya, tiba-tiba ia terkejut karena ia merasa "dibisiki" jawaban ketidaktahuannya melalui ayat selanjutnya. Walhasil, setiap ia membaca al-Qur'an, selalu ia temukan jawaban.

Konon, menurut satu riwayat, al-Qur'an itu berisikan tujuh makna lahir dan tujuh makna batin. Saya tak tahu makna ditingkat keberapa yang sudah diraih rekan tersebut. Yang saya tahu, ia seorang Ethiopia dan sedang menyelesaikan master dalam bidang ekonomi di kampus saya. Yang saya tahu, ia tak berbeda dengan kita dalam hal keawaman terhadap disiplin keislaman klasik (ia bukan seorang ulama), namun pada saat yang sama ia berbeda dengan kita karena ia telah mampu "menghidupkan" al-Qur'an dan membuktikan bahwa al-Qur'an itu memang Kitab petunjuk.


Wa Allahu a'lam bi al-Shawab

.

Memahami Al Qur'an



Membaca Teks Suci (1)

Nadirsyah Hosen

Nabi wafat dan meninggalkan dua pusaka, al-Qur'an al-Karim dan Hadis Nabi. Dipesankan oleh Nabi Muhammad saw, bila kita berpegang teguh pada kedua pusaka itu, niscaya kita akan selamat di dunia dan akherat.

Petunjuk suci itu hadir di tengah kita kini dalam bentuk teks. Petunjuk suci itu lahir lima belas abad yang lampau. Kedua pusaka itu telah melintasi ruang dan waktu. Sudah banyak lahir karya ulama besar yang memberi tafsir terhadap kedua teks suci itu sehingga teks suci itu selalu dapat dijadikan petunjuk untuk menghadapi tantangan zaman.

Ya, tafsir merupakan kata kunci dalam usaha "membumikan" kedua teks suci itu. Semakin cerdas kita membaca teks, semakin cerdas pula teks itu memberikan jawaban. Pada titik ini, yang terjadi adalah dialog terus menerus antara si pembaca teks dengan teks suci tersebut. Karena itu kualitas "bacaan" terhadap teks dipengaruhi oleh kualifikasi pembaca.

Ayat-ayat mengenai jihad yang dibaca oleh pejuang di Palestina dan di Bosnia tentu berbeda nuansanya bila dibaca oleh Muslim yang tinggal di kaki gunung yang penuh kedamaian. Ayat mengenai solidaritas sosial tentu menjadi lebih hidup ketika diberi muatan tafsir oleh aktivis sosial. Begitu pula ayat-ayat tentang alam semesta menjadi sumber inspirasi dan konfirmasi bagi ilmuwan.

Semua umat Islam memiliki hak yang sama untuk mengakses kedua pusaka itu; tidak peduli latar belakang dan spesialisasi keilmuan mereka. Sayang, sebagian orang membatasi hak penafsiran itu pada orang tertentu (yang lazimnya dikenal dengan sebutan ulama). Lebih celaka lagi, sebagian orang menyalahgunakan haknya dalam mengakses teks suci itu. Seorang ahli ekonomi tiba-tiba membahas aspek syari'ah dalam kedua teks suci tersebut. Seorang ahli peternakan tiba-tiba tampil membahas ayat-ayat tentang teologi. Seorang pakar hukum Islam keluar dari jalurnya ketika ia bicara ayat dan hadis tentang tekhnologi. Pendek kata, menyalahgunakan hak jauh lebih berbahaya dibanding tidak menggunakan hak itu.

Tafsir adalah kata kunci dalam menjalankan Islam, khususnya ketika kedua pusaka suci mengirimkan sinyal-sinyal yang samar dan remang-remang. Tafsir diperlukan untuk membuat sinyal itu menjadi jelas. Sayang, banyak yang suka melakukan monopoli penafsiran. Banyak yang emoh dengan pluralitas penafsiran. Bahkan, banyak pula yang anti dengan perbedaan pendapat. Tidak jarang sebuah perbedaan pendapat disikapi dengan kecurigaan, tuduhan, dan hamburan emosi.

Membaca teks suci dan mengamalkannya adalah pesan Nabi yang harus diikuti. Namun banyak yang lupa, bahwa perbedaan pendapat dan keragaman penafsiran terhadap kedua teks suci itu justru lahir karena mengamalkan pesan Nabi itu. Selain tafsir, tampaknya kata kunci dalam memahami kedua pusaka peninggalan Nabi adalah pluralitas.

Masalahnya, sudah siapkah kita menerima pluralitas penafsiran terhadap kedua teks suci itu? Atau kita masih saja merasa bahwa tafsiran kitalah yang paling benar, dan orang lain yang berbeda penafsiran dengan kita dianggap mempraktekkan bid'ah, sesat, ataupun kafir?

Armidale, 27 Mei 1998