A L U M N I S A F

MEDIA KOMUNIKASI PARA ALUMNI
TK - SD - SMP - SMA SALMAN AL FARISI
GURU - SISWA - KARYAWAN - ORANG TUA

Sabtu, 15 November 2008

NASRUDIN CEREWET


Tersebutlah Nasrudin yang terkenal cerewet dan suka mengeluh,

sampai-sampai Tuhan pun kesal dibuatnya. Sampai akhirnya Tuhan memanggil

dia dan meminta agar ia tidak lagi mengeluh dan ia diberi tiga permintaan

yang akan dikabulkan. Nasrudin setuju. PERMINTAAN PERTAMA, ia minta agar

isterinya yang dianggap cerewet, jelek dsb dipanggil siang itu juga.

Tuhan terkejut, namun karena sudah janji dikabulkan juga permintaan itu.

Siang itu isteri Nasrudin meninggal dunia. Pada saat para tetangga mengunjungi rumahnya,

ia baru tahu tentang kebaikan2 sang isteri, dan yang paling membuatnya menyesal adalah

ketika ada yang mengatakan bahwa memang orang baik selalu dipanggil lebih awal.

Ia pun kembali mengeluh dan meminta kepada Tuhan agar isterinya dihidupkan

kembali sebagai PERMINTAAN KEDUAnya. Isterinya pun hidup kembali.

Kini tinggal satu lagi permintaan yang tersisa, tapi Nasrudin bingung hendak apa.

Temannya bilang agar ia meminta uang, karena ia dapat membeli apa saja dengan uang.

Yang lain mengatakan agar ia meminta kesehatan, karena uang tidak ada gunanya kalau sakit-sakitan.

Yang lain lagi mengusulkan ia meminta kehidupan yang kekal,

karena buat apa uang dan kesehatan kalau toh akhirnya ia mati juga.

Bertahun-tahun ia bingung, sampai akhirnya Tuhan sendiri menanyakan permintaan terakhirnya.

Nasrudin mengeluh bingung ingin meminta apa dan minta saran dari Tuhan.

Tuhan pun menyarankan ia meminta HATI YANG IKHLAS, karena ia akan bahagia dengan apapun yang didapatnya

Kamis, 13 November 2008

RENUNGAN : SEKANTONG KUE







Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam.Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba.
Untuk membuang waktu,ia membeli buku dan sekantong kuedi toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk.Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang barusaja dibelinya.Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelakidisebelahnya dengan begitu berani mengambil satu ataudua dari kue yang berada diantara mereka.Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadikeributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskanpersediaannya. Ia semakin kesal sementaramenit-menit berlalu.Wanita itupun sempat berpikir: ('Kalau aku bukanorang baik sudah kutonjok dia!') Setiap ia mengambilsatu kue, Si lelaki juga mengambil satu.Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apayang akan dilakukan lelaki itu.Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Silelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Silelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makanyang separonya lagi.Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir ('Ya ampunorang ini berani sekali'), dan ia juga kasar malah iatidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanyaia begitu kesal.Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan.Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintugerbang.Menolak untuk menoleh pada si 'Pencuritak tahu terimakasih!'.Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencaribukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat iamerogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget.Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koqmilikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadikue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi.Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwasesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasihdan dialah pencuri kue itu.
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi seringterjadi. Kita sering berprasangka dan melihat oranglain dengan kacamata kita sendiri (subjektif)serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.Orang lainlah yang selalu salah, orang lainlah yangpatut disingkirkan, orang lainlah yang tak tahu diri,orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang selalubikin masalah orang lainlah yang pantas diberipelajaran. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi,padahal kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemoohpendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementarasebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya

adiet & nadia family dan aziati
















Minggu, 09 November 2008

HARGA DIRI


Apalah artinya punya rumah lapang kalau hati sempit!? Apalah artinya penampilan yang indah tapi berhati busuk!? Apalah gunanya harta banyak tapi hati selalu merasa miskin!? Apalah mamfaatnya segala ada tapi hati selalu nelangsa!? Apalah artinya makanan enak dan mahal kalau hati sedang dongkol, memang segala-galanya sangat tergantung kepada hati kita sendiri.

Sayang seribu sayang kita amat sibuk memperindah rumah, tubuh, penampilan, tapi tidak pernah sibuk memperindah qalbu. Kita sibuk memperkaya harta tapi jarang memperkaya hati, maka tidak usah heran kalau hidup ini hanya perpindahan dari derita ke sengsara, dari gelisah ke nestapa, dari resah ke musibah, seperti tiada berujung walaupun sudah mendatangi tempat manapun, memiliki apapun, memakan segala apapun.

Padahal Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ketahuilah bahwa dalam tubuh ini ada segumpal daging yang kalau baik maka akan baiklah sekujur tubuhnya, begitupun kalau buruk maka akan buruklah seluruh sikapnya, itulah yang dinamakan qalbu" (HR. Bukhari Muslim).

Nah, saudaraku rekan alumnisaf sekalian, adalah mimpi di siang bolong, kalau kita ingin merasakan hidup bahagia yang asli tanpa kita mengetahui bagaimana caranya hidup dengan memelihara qalbu kita ini. Dijamin seratus persen tidak akan pernah merasakan kebahagiaan maupun kemuliaan tanpa kesungguhan menata hati ini.

Salah satu biang busuknya hati kita ini adalah kalau sudah tertipu dalam mencari harta. Seakan hidup hanya akan terhormat dan terjamin dengan banyak uang, sehingga tidak peduli lagi halal haramnya. Bagi yang tidak punya uang pun tidak kalah salahnya, ada sebagian dari kita yang sering cari jalan pintas, ingin untung besar dengan cara enteng, sehingga selain tidak berharta juga tidak punya harga diri.

Justru sering kita saksikan orang jadi hina dan sengsara oleh limpahan harta dan kedudukannya sendiri yang tentu karena diperolehnya dengan cara yang tidak benar.

Sepatutnya kalau harta kita tidak banyak maka perkayalah batin kita sehingga tetap terhormat, tidak menjadi peminta-minta, atau benalu bagi yang lain (lihatlah para koruptor, tukang disuap yang malang, sesungguhnya harta mereka sudah melimpah tapi disiksa dan dihinakan oleh Allah dengan kemiskinan di hatinya sehingga terus saja meminta-minta, menghisap sana sini bahkan kepada rakyat kecil sekalipun dengan menggadaikan harga dirinya, perbuatan ini sungguh hina dan patut kita kasihani).

Orang yang rizkinya masih pas-pasan bisa jadi lebih mulia dan terhormat kalau dapat menjaga harga dirinya. Maka, marilah sekuat tenaga jangan sampai kita menghinakan diri sebagai peminta-minta, apalagi memeras keringat orang dengan cara yang tidak halal, sungguh aib. Percayalah rizki dari Allah sangat melimpah, tidak akan tertukar, lihat kerbau saja yang tidak sekolah rizkinya tetap tercukupi, apalagi diri kita manusia yang diberi akal dan iman, niscaya kita akan bertemu dengan rizki dalam keadaan terhormat.

Marilah saudaraku kita singsingkan lengan lebih serius, kita simbahkan keringat kerja keras kita di jalan yang halal, didampingi dengan ibadah dan do'a kita yang sungguh-sungguh, jangan risaukan cemoohan orang tentang harta atau rumah kita yang sederhana dan tidak berharga yang penting kita bisa mewariskan yang termahal bagi keluarga, anak-anak, dan lingkungan kita yaitu hidup dengan memiliki harga diri, tidak pernah mau hidup menjadi beban dan benalu bagi orang lain.***



(Sumber : Jurnal MQ Vol. 1/No.6/Oktober 2001)