Pesantren dan SMA Miftahul Khoir Pembelajaran dengan Sistem Terpadu
By Republika Contributor Senin, 14 Juli 2008 pukul
Semua siswa harus mempertanggungjawabkan karya ilmiah yang dibuatnya pada guru dalam sidang.Di Indonesia, tidak banyak sekolah menengah atas (SMA) yang mengarahkan siswanya untuk bisa menjadi peneliti dan berjiwa wirausaha. SMA Pesantren Miftahul Khoir yang terletak di Jalan Tubagus Ismail 8 No 60 Bandung ini, salah satu di antara yang tak banyak itu.Untuk melatih siswanya menjadi peneliti dan enterpreneur, SMA yang berdiri sejak 2002 itu mengajarkan semua materi secara terpadu. Materi apa pun yang diajarkan di Miftahul Khoir, selalu dipadukan dengan pemahaman keislaman. Semua siswa, bisa lebih bersyukur dan mengenal semua ciptaan Allah.Pada awal semester I, pesantren dan SMA yang berdiri di tanah seluas 2.096 meter itu selalu dilaksanakan program pesantren science untuk semua siswa dari kelas I sampai 3. Sedangkan pada semester 2, Miftahul Khoir mengadakan nature research. Pada program itu, siswa lebih diperkenalkan pada alam dan membangun sikap kritis.''Dengan pembelajaran sistem terpadu, biasanya satu topik kami gunakan untuk beberapa bahasan. Misalnya topik air, bisa digunakan untuk pelajaran IPA sampai Bahasa Indonesia,'' ujar Kepala Sekolah SMA Miftahul Khoir, Iwan Hermawan kepada Republika, Senin (2/6).Iwan mengatakan, Miftahul Khoir awalnya hanya sebuah pesantren untuk mahasiswa yang berdiri pada 1992. Namun, karena SMA Salman Al Farisi mengalami perubahan struktur yayasan, maka SMA-nya dipindahkan ke Miftahul Khoir. Hingga saat ini, SMA Mifathul Khoir, sudah meluluskan enam angkatan.Alumni SMA Miftahul Khoir, kata dia, banyak yang sudah diterima di perguruan tinggi negeri dan terkenal. Pada umumnya, siswa yang masuk ke Mifathul Khoir memperoleh informasi dari alumni. Karena, ikatan alumni di SMA Miftahul Khoir cukup kuat. Namun, sekarang justru banyak orang tua siswa yang mendaftarkan anaknya ke Miftahul Khoir untuk memperbaiki ahlak mereka. ''Anak yang bermasalah di sekolah lain, banyak yang dipindahkan kesini agar bisa berperilaku baik,'' katanya.Menurut Iwan, pendidikan ahlak memang sangat ditekankan di Miftahul Khoir. Karena, untuk menciptakan siswa berkualitas yang terpenting adalah menumbuhkan mentalitas yang baik. Siswa, tidak hanya diajarkan untuk mencapai target nilai yang bagus. Lebih penting lagi, mengajarkan mereka agar memiliki ahlak yang baik.''Untuk membentuk ahlak siswa, interaksi antara siswa dan guru sangat dipererat,'' ujarnya. Oleh karena itu, sambung dia, guru Miftahul Khoir mengajar siswa dalam kelas kecil.Jumlah siswa, setiap kelasnya hanya 15 orang. Untuk kelas satu, kata dia, hanya 15 orang jadi jumlah satu angkatannya ada 45 orang. Jam pelajaran di SMA Miftahul Khoir, dimulai dari pukul 07.00-15.30 WIB. Siswa pria yang berasal dari luar kota, kata dia, tinggal di asrama yang telah disediakan. Jadi, malam harinya mereka bisa belajar di pesantren.''Hampir 70 persen siswa di sini berasal dari luar Kota Bandung, jadi banyak yang menginap di asrama. Sekarang, asrama hanya untuk siswa pria tapi kemungkinan besar tahun depan murid perempuan pun bisa tinggal di asrama,'' katanya.Siswa dari luar Kota Bandung, kata dia, berasal dari Jakarta, Riau-Pekan Baru, Palembang, Papua dan Aceh. Begitu juga, kata dia, mahasiswa yang belajar di pesantren pada umumnya berasal dari luar Kota Bandung jadi cukup banyak siswa yang tinggal di asrama. Di SMA Miftahul Khoir, siswa tidak diajarkan kitab kuning tapi setiap malam, siswa yang tinggal di asrama bisa belajar kitab kuning itu.Ketika ditanya mengenai kurikulum yang digunakan, Iwan mengatakan, pesantren membuat kurikulum sendiri. Karena, setiap pelajaran harus terpadu dengan pelajaran yang lain. Bahkan, di SMA Miftahul Khoir antara IPA dan IPS tidak dibedakan. Semua siswa, sampai kelas tiga memperoleh pelajaran IPA dan IPS.''Kalau ke Diknas, kita mendaftarkan semua siswa jurusan IPA. Padahal, pelajaran IPS pun kita ajarkan sampai kelas 3,'' ujarnya. Proses pembelajaran yang diterapkan di Miftahul Khoir, kata Iwan, berbeda dengan SMA lain. Karena, siswa tidak harus belajar di ruang kelas. Kalau sudah bosan belajar di ruangan, siswa bisa meminta belajar dilakukan di taman sekolah. Study lapanga, kata dia, lebih banyak diberikan agar siswa bisa meneliti berbagai hal yang ingin diketahuinya.Semua siswa, kata dia, selama seminggu akan melakukan pembelajaran di alam. Misalnya, pergi ke pantai Cipatujah, Pantai Rancabuaya dan Situ Patenggang. Sedangkan untuk daerah di Jabar yang sudah menjadi obyek study, misalnya Cianjur, Cirebon, Tasikmalaya dan sebagainya.Di tempat itu, kata dia, siswa akan meneliti banyak hal dari potensi alam sampai perekonomian masyarakatnya. Hasilnya, harus dibuat dalam bentuk karya ilmiah dan dipresentasikan ke guru. Selain itu, mereka bisa belajar potensi apa yang berprospek untuk dijadikan sebagai lahan usaha. ''Semua siswa harus mempertanggungjawabkan karya ilmiah yang dibuatnya pada guru dalam sidang. Jadi, bentuknya seperti sidang skripsi mereka harus mempertahankan argumen,'' katanya.(kie )
Rabu, 19 November 2008
" SMA SALMAN AL FARISI "
Diposting oleh KEGIATAN TERAKHIR di 12.04
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar