SMP Salman Al FarisiWaktu menunjukan pukul 11.45 WIB. Beberapa siswa duduk dikoridor sekolah sambil menghapalkan surat-surat Al-Qur'an. Tak lama kemudian, adzan Dzuhur berkumandang di salah satu mesjid tak jauh dari kampus sekolah tersebut. Siswa tadi dan siswa lain yang berada di dalam kelas bergegas mengambil wudhu, kemudian menunaikan ibadah sholat dzuhur di kelas masing-masing.Itulah keseharian yang dapat ditemui di Sekolah Menengah Pertama Salman Al Farisi (SAF) yang Bandung. Kampus sekolah tersebut terletak di daerah yang cukup sejuk, tepatnya di Lembah Kanayakan, daerah Dago. Setiap harinya siswa yang ada di sekolah tersebut belajar dari pukul 07.30 hingga 16.00.Meskipun belajar dengan sistem full day school, wajah anak-anak itu tidak menampakan beban. Mereka seolah menikmati sekolah, walaupun harus belajar dalam waktu cukup lama. Menurut kepala sekolah SMP SAF, Sukirman Wintoro, ada metode yang dipakai agar siswa tidak merasa bosan dengan pelajaran yang diterimanya. Metode tersebut terletak pada cara mengajar siswa, seperti mengajar tidak harus berada di dalam kelas. Sekolah ini mulai didirikan oleh Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi Bandung pada Bulan Juli tahun 1997. Tujuan pendirian lembaga pendidikan itu adalah agar para siswa yang telah lulus SD SAF bisa melanjutkan studi dengan metode dan konsep yang tidak jauh berbeda dengan SD tersebut.Fokus pendidikan yang diterapkan oleh SMP SAF adalah untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki masing-masing anak. "Kita berusaha untuk menumbuhkan keberanian, kratifitas dan kritis," kata Sukirman. Lebih lanjut ia mangatakan kreatifitas anak akan tumbuh bila tidak ada aturan yang mengungkung anak dalam berkreasi. Meskipun demikian, aturan lain yang tidak berhubungan dengan kreatifitas tetap diterapkan.Dengan menerapkan metode demikian, walaupun tidak mementingkan prestasi yang dicapai sekolah, pada akhirnya prestasi itu datang menghampiri. "Prestasi sekolah dan anak otomatis mengikuti ketika konsep dan sistem itu benar-benar berjalan," jelas Sukirman lagi. Prestasi yang telah diraih sekolah itu cukup prestisius untuk wilayah Bandung. Tahun ini mereka berhasil mencapai peringkat enam untuk nilai NEM tertinggi UAN tingkat SMP se-Kodya Bandung. Sedangkan untuk se-Jawa Barat mereka berhasil menduduki peringkat 11.Agar metode tersebut berjalan dengan efektif, ada kuota yang diterapkan dalam penerimaan siswa baru. Saat ini masing-masing kelas berjumlah 18 orang siswa dengan dua orang guru sebagai wali kelas. Kedua guru tersebut bertugas untuk memantau kemajuan yang telah dicapai, masing-masing siswa.Dengan demikian guru menjadi sosok yang dekat dengan siswa. "Bahkan siswa banyak yang curhat kepada guru," ungkap Sukirman. Sehingga karena kedekatan itu, ada kejadian murid yang telah akhil baligh lebih dahulu diketahui oleh gurunya dari pada oleh orang tuanya. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah itu memang cukup lengkap. Dari mulai laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), studio bahasa, perpustakaan, laboratorium komputer hingga lapangan olah raga. Bahkan lab komputer yang dimiliki dilengkapi dengan jaringan internet.Hal itu menurut Sukirman, ditujukan untuk pengetahuan siswa dalam menggunakan teknologi komunikasi dan informasi. "Sehingga ada tugas-tugas tertentu yang engharuskan siswa mencari bahan lewat internet," jelasnya. Contohnya seperti permasalahan bayi tabung, sebelumnya guru yang bersangkutan menjelaskan tentang itu secara garis besar. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk mencari penjelasannya lewat internet. Setelah mendapat hasilnya, siswa mempresentasikan temuannya. Yang kemudian guru akan meluruskan pendapat siswa sesuai dengan tuntunan agama Islam.Yang khas dari sekolah ini adalah kegiatan pasca siswa menempuh UAN. Selama tiga hari siswa akan mengalami kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (Prospek). Tahun ini, rencananya para siswa akan mengadakan kegiatan tersebut di daerah Wado yang terletak di Kabupaten Sumedang. Di tempat tersebut akan mengamalkan apa yang telah diterimanya selama belajar di SMP. Seperti mengajar mengaji kepada anak sekitar dan ikut mengajar di sekolah dasar. Di situ, tambahnya, anak akan mencoba membaur dengan masyarakat. Selain siswa juga belajar dari kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Sehingga, lanjutnya, anak akan merasakan beda dari teori dan praktek di lapangan. Yang oleh Sukirman disebut program pembenturan. Sepulang dari Prospek, anak-anak akan berdiskusi mengenai temuannya di lapangan. Hal itu, menurut Sukirman sebagai upaya untuk lebih mengenalkan potensi anak secara keseluruhan. Selain untuk memperlihatkan kepada anak kehidupan yang lebih realistis. Menumbuhkan potensi anak bukanlah perkara mudah, tapi pengenalan potensi sejak dini akan memudahkan anak memilih jalan hidupnya. tau ( )